Mitos dan Fakta Kesehatan Terkait Kebudayaan di Indonesia

oleh Aisyah dan Ghina Shafa, Dept. Kominfo PAMI Jakarta Raya 2021

 

 

Hingga kini, masih ada segelintir masyarakat yang mempercayai mitos-mitos dari pendahulunya. Perkembangan mitos-mitos sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Keberadaan mitos menjadi salah satu hal yang juga mempengaruhi perilaku masyarakat, termasuk faktor determinan kesehatan. Hampir 60% perilaku memegang peranan dalam determinan kesehatan, di samping faktor lingkungan. Selain itu, perilaku sangat erat kaitannya dengan faktor budaya di masyarakat.


 

Budaya termasuk salah satu faktor determinan yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Salah satu contohnya yaitu kebiasaan mengunyah makanan dengan tujuan untuk melumatkan yang kemudian diberikan kepada bayi. Tradisi ini membawa risiko yang besar bagi bayi tersebut, mengingat di dalam mulut orang dewasa banyak berkembang kuman sehingga akan berbahaya apabila menularkan ke dalam tubuh bayi.

 


Di samping itu, untuk membedakan mitos dan fakta adalah hal yang krusial, terutama dalam membuat pilihan mempengaruhi kesehatan. Di Indonesia, masyarakat terbiasa dengan istilah masuk angin. Biasanya, jika kondisi tersebut menyerang tubuh mereka, hal yang akan dilakukan yaitu kerokan. Metode kerokan ini merupakan terapi pengobatan alternatif yang dipercayai masyarakat dapat meringankan gejala masuk angin.

 


Eits, tapi nyatanya, metode menggosok dan menekan bagian permukaan tubuh akan menyebabkan nyeri pada kulit. Warna merah yang muncul setelah kerokan adalah pertanda bahwa pembuluh darah halus (kapiler) yang berada di bawah permukaan kulit pecah. Maka hal ini akan membahayakan tubuh, sebab jika pembuluh darah tersebut pecah, maka bisa menjadi sarang kuman dan menyebabkan infeksi lokal atau bahkan menjadi lebih parah apabila mengidap masalah kesehatan tertentu, seperti gangguan pembekuan darah, diabetes, daya tahan tubuh yang lemah, dan sedang mengonsumsi obat pengencer darah. Sehingga, kerokan sebaiknya tidak dilakukan pada kondisi tersebut.

 

Hampir serupa dengan masuk angin, hal mengenai panas dalam masih banyak menimbulkan berbagai mitos, mulai dari penyebabnya hingga penanganannya. Mitosnya, panas dalam termasuk gangguan yang disebabkan karena pola makan yang kurang baik seperti rutin mengonsumsi gorengan, adanya cuaca panas, dan mengonsumsi makanan yang pedas. Faktanya, dalam istilah kedokteran, panas dalam bukan termasuk kedalam salah satu penyakit yang memiliki istilah khusus, hanya saja beberapa orang yang menamakan itu sebagai istilah penyakit dalam, padahal panas dalam dalam kedokteran hanya sebagai gejala pada bagian mulut, tenggorokan, dan sistem pencernaan.

 

Makanan pedas bukan termasuk penyebab dari panas dalam ini, asalkan dalam mengonsumsi makanan pedas, imbangi juga dengan minum air putih. Selain itu, cuaca panas juga bukan termasuk penyebab dari panas dalam, hanya saja saat tubuh kita berada di cuaca yang panas, hindari dehidrasi dengan rutin mengonsumsi air putih.


Itulah mitos dan fakta yang berkaitan antara kebudayaan dan kesehatan di Indonesia. Semoga para pembaca dapat lebih meningkatkan pengetahuan dengan banyak membaca. Salam sehat untuk kita semua, jangan lupa untuk selalu menerapkan 5M dimanapun Anda berada!

 

Referensi:

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180307/3525162/menkes-soroti-faktor-perilaku-lingkungan-budaya/

https://www.halodoc.com/kesehatan/mitos-dan-fakta-kesehatan

https://www.alodokter.com/ketahui-manfaat-dan-risiko-kerokan-dari-sisi-medis

https://www.dream.co.id/fresh/mitos-tentang-panas-dalam-yang-belum-banyak-diketahui-1708102.html 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kekerasan terhadap Perempuan

Mari Kita Mengenali Bahaya Penyakit AIDS!